Friday 20 February 2015

Berawal Dari Tukang Angkut Sampah Jadi Presdir Microsoft

Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro
Februari 2012, Andreas Diantoro bergabung dengan Microsoft Indonesia. Pucuk pimpinan sebagai presiden direktur dipegangnya setelah malang melintang selama belasan tahun di dunia teknologi informasi.

Siapa sangka jika pada saat masih menjadi mahasiswa dulu Andreas pernah bekerja sebagai tukang angkut sampah di negeri orang? (Baca: Rindu Rumah Si "Tukang Angkut Sampah")

Kesuksesan tak datang begitu saja. Andreas mengawali karier dari bawah, meniti jalan hidup yang mengantarkannya dari gang-gang kawasan Malioboro hingga ke kampus di Amerika, lalu melanglang buana ke banyak negara di seluruh dunia.

"Waktu kecil saya sering diajak kulakan ke Jakarta, cari barang naik kereta ke pasar pagi. Di sinilah visi bisnis saya terbentuk," kata Andreas.

Ia berkisah, dirinya pernah melakukan berbagai pekerjaan, mulai dari bekerja sebagai pengangkut sampah hingga jadi pelipat seprai di rumah sakit. 

Namun, untuk mengetahui kisah Andreas, mari kita kembali ke asal-usulnya. Dari mana orang nomor satu Microsoft Indonesia ini berasal?

Cinta lokasi di lapangan basket

Andreas lahir pada 12 September 1968, dari pasangan orangtua yang sama-sama atlet basket. Dalam sebuah Pekan Olahraga Nasional, sejoli Diantoro (ayah Andreas) dan Juliana (ibu Andreas) pertama kali berjumpa. 

Ada satu hal yang sangat diingat oleh Andreas Diantoro, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, dari ayahnya dulu. "Beliau suka sekali dengan pohon bambu, saya tak tahu mengapa," ujarnya. 

Kebetulan, di rumah masa kecilnya memang ada pohon bambu. Andreas lalu bertanya mengenai bambu pada sang ayah, lantas dijawab.

"Kamu harus seperti pohon bambu, sebelum batang bambu pertama tumbuh, akarnya akan menggurita terlebih dahulu di dalam tanah, tapi tak terlihat," kata Andreas mengulangi ucapan ayahnya. 

Filosofi ini bermakna membentuk landasan yang kuat sebelum mulai membangun sesuatu. Baru setelah itu, tunas bambu yang muncul akan tumbuh dengan cepat. Setelah di atas, daun-daun bambu senantiasa merunduk ke bawah.

"Artinya, kita harus sabar membangun pondasi yang kuat. Saat naik dengan cepat, jangan lupa tundukkan kepala, tidak boleh sombong," tutur Andreas. 

"Selain itu, bambu dari akar sampai daun bisa dipakai semua, jadi orang harus banyak gunanya," ia menegaskan. 

Diterapkan ke Keluarga 

Petuah dari orangtua itu kini coba diterapkan oleh Andreas pada keluarganya. Dia sendiri sekarang telah menjadi seorang suami, juga ayah dari dua kakak beradik yang tengah beranjak remaja.

Mengikuti nasihat orang tuanya, Andreas sering mengingatkan para anak muda generasi baru agar bersabar dalam membangun karir dan jangan terlalu sering berpindah perusahaan hanya karena mengejar penghasilan yang lebih tinggi.

"Sabarlah, sabar, selama Anda belajar di organisasi Anda akan berkembang, jangan terlalu impatient. Kalau terlalu banyak pindah maka kans untuk menjadi top executive justru kecil. Jarang ada yang bisa naik dari middle management ke atas jika pondasinya tidak cukup," katanya memberi saran.

Kunci lain yang utama adalah integritas. Tanpa hygiene factor yang satu ini, lanjut Andreas, maka semua yang dikerjakan hanya bersifat semu dan tak berlangsung lama.

Andreas merujuk pada teori Frederick Herzberg tentang pekerjaan. Dalam teori yang kerap disebut two-factor theory itu, terdapat dua kelompok faktor yang bisa berpengaruh pada kepuasan kerja: motivator dan hygiene factor. 

Indonesia Bisa!

Andreas juga menegaskan bahwa anak muda Indonesia hendaknya memiliki kepercayaan diri tinggi karena potensi yang dimiliki sama tingginya dengan bangsa lain. 

Kesimpulan itu didapatkannya berdasarkan pengalaman melanglangbuana selama bertahun-tahun dan melihat keadaan di banyak negara

"Saya lihat sendiri anak-anak muda kita kepandaiannya tidak kalah. Di kantor pusat Microsoft di Redmond, Seattle, misalnya, ada sekitar 200 orang Indonesia. Mereka banyak yang memiliki hak paten teknologi," ujar dia memberi contoh. 

Pun demikian dengan keadaan negara Indonesia yang menurut Andreas sedang terus berkembang dan sudah lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain di Asia yang pernah dikunjunginya.

"Jadi, percayalah dengan pemerintah sekarang, jangan minder, jangan merasa rendah diri," pungkas Andreas.



Sumber: KompasTekno
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com