Ketika membeli suatu produk, biasanya kita hanya mengambil
isinya. Bungkus lalu dibuang. Jarang ada orang yang berpikir untuk
memanfaatkannya. Padahal, jika kita mampu melihat dari mata wirausaha, kemasan
itu dapat menjadi peluang besar.
Awal Maret lalu, redaksi Majalah MARKETING mendatangi pabrik pengumpulan dan daur
ulang sampah. Lokasinya di Jalan Raya Cimuning, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi.
Puluhan karung berukuran besar berisi barang bekas berjejer di
sisi kanan dan kiri jalan. Meski dikelilingi timbunan “sampah”, tak tercium bau
menyengat.
Sudah hampir 13 tahun Mohammad Baedowy (40) berkecimpung
“mengurusi” limbah plastik di bawah bendera CV Majestic Buana. Dalam setahun,
miliaran rupiah bisa dikantongi dari bisnis yang produknya sudah diekspor ke
Cina ini.
Risiko Banting Setir
Keberhasilan Baedowy bukan tanpa proses panjang. Pria kelahiran
Balikpapan, 2 April ini memutuskan menjadi pengusaha lantaran krisis ekonomi di
Tanah Air, beberapa tahun silam. Selain itu, ia juga ingin memperoleh kemampuan
finansial yang tak terbatas, serta membuka lapangan pekerjaan.
Mantan auditor di Royal Bank of Scotland ini bahkan pernah
menjajal peruntungan bisnis dengan menjual jangkrik dan cacing. Banyak
kegagalan yang ditemui dan Baedowy tak mendapatkan keuntungan dari usahanya
itu. Hingga ia memutuskan untuk berbisnis minim risiko.
Ide tentang sampah ia dapatkan ketika melihat aktivitas para
pemulung. Tak malu, Tokoh Pilihan Terbaik Majalah Tempo 2009 ini pun ikut
mengumpulkan botol-botol bekas. Botol per botol dipisahkan menurut warna dan
jenisnya, dicacah, dan dijual. Kegiatan tersebut terus dilakoni setiap hari.
“Saya melihat pemulung, dari situ muncul ide untuk membuat usaha
daur ulang sampah. Bila dibanding dengan usaha makanan, kalau tidak laku, basi.
Kalau usaha buah-buahan tidak laku, busuk. Ternak risikonya mati. Kalau sampah
plastik tidak ada risikonya,” ungkap dia.
Di awal bisnis, Baedowy menggunakan mesin buatan pabrik lain,
dan hasilnya dikirimkan kepada seorang rekan untuk memenuhi permintaan ekspor.
Tak lama berselang, usaha Majestic Buana yang ia dirikan terpaksa terhenti
karena kerusakan mesin produksi. Plakat “Pabrik Dijual” pun sempat terpasang.
Berkat dukungan sang istri, Ajeng Ririn Sari, Baedowy berhasil
bangkit dari keterpurukannya.
Hanya membutuhkan waktu satu tahun, sarjana ekonomi yang tak
berbekal ilmu teknik ini akhirnya berhasil membuat mesin pencacah. Ia mulai
kembali dari awal; memisahkan limbah botol plastik sesuai warna dan jenis,
kemudian mencacahnya. Hasil berupa serpihan plastik kemudian dikeringkan.
Peraih Dji Sam Soe Award 2009 ini sengaja mendesain mesin yang
bisa berputar dengan kecepatan tinggi, mirip pengering mesin cuci. Setelah
serpihan tersebut dikeringkan kembali dalam oven, barulah siap dijual.
Di Cina, produk ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
benang polyester. Bahan bakunya didapat dari sampah botol
plastik minuman jenis PET (polyethylene terephthalate).
Sementara limbah gelas plastik minuman jenis PP (polypropylene)
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tali rafia.
Selain memenuhi permintaan ekpor, ia juga membuat produk daur
ulang sendiri. Botol plastik oli didaur ulang untuk dijadikan lokop sapu.
“Ternyata janji Tuhan itu benar. Di balik kesulitan itu ada
kemudahan. Dari situ, saya malah bisa memproduksi banyak mesin,” ungkapnya.
Jaringan Mitra Usaha
Kesuksesan finansial Baedowy jika dihitung di atas kertas cukup
menggiurkan. Dengan mesin buatannya, ia bisa mendapatkan hasil olahan sebanyak
tiga ton sehari. Dalam sebulan, juara Industri Hijau Tingkat Nasional 2009 itu
mampu meraup miliaran rupiah dalam setahun.
Seakan tak ingin sukses sendirian, ia mengakomodasi permintaan
masyarakat yang juga ingin sukses seperti dirinya. Jaringan mitra kerja yang ia
bentuk sudah menyebar dari Aceh hingga Papua.
Kepada mitra, peraih Soegeng Sarjadi Award on Good Governance
2010 ini menjual tiga jenis mesin penggiling. Harga tiap mesin berkisar Rp33
juta hingga Rp47 juta. Kini, ada 100 mitra yang dia miliki.
“Siapa pun yang mau usaha seperti saya, saya siap ajarkan.
Ilmunya akan saya kasih semua. Mulai dari bangunan, pelatihan, dan hasilnya
wajib saya beli. Saya pastikan ada buy back guarantee,”
janji Baedowy dengan suara tegasnya.
Membagi 90% Laba
Berhasil menjadi pengusaha sukses, bagi Baedowy tidak bisa
dijalankan seorang diri. Ia menilai, kesuksesan bisa didapat karena peran serta
para karyawannya.
Peraih Piagam Kalpataru 2010 ini berjanji, tepat di tahun 2018
akan membagi rata 90% keuntungan yang ia terima dari pabrik untuk seluruh
karyawan, dengan minimal masa kerja 5 tahun. Dengan cara ini ia berharap dapat
terus menyejahterakan karyawan, dan juga membuat manajemen keuangan perusahaan
transparan.
Karena kepiawaiannya, BBC Indonesia kerap menggandeng Baedowy
untuk memberikan pelatihan wirausaha di seluruh Indonesia. Peraih penghargaan
Indonesia ASEAN Young Green Soldier Award 2011 ini pun punya satu prinsip
hidup. Ia yakin, jika seseorang mengerjakan sesuatu dengan tekun, hal kecil
akan mendatangkan peluang besar.
“Jangan kamu ingin cepat dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
besar. Karena pekerjaan itu jarang kamu temukan. Yang sering kamu temukan
adalah pekerjaan-pekerjaan kecil. Bagaimana kamu bisa mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan besar kalau yang kecil saja kamu tidak terlatih. Sekecil
apa pun pekerjaan, itu datangnya dari Tuhan. Lakukanlah dengan sungguh-sungguh
pekerjaan yang kecil itu dengan hati suci,” pesannya.
Yenny Hardiyanti
Fotografer: Lilyanti
Meraup Untung Milyaran Rupiah Dari Gunung Sampah ~ Prospek Internet Marketing Di Indonesia >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Meraup Untung Milyaran Rupiah Dari Gunung Sampah ~ Prospek Internet Marketing Di Indonesia >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Meraup Untung Milyaran Rupiah Dari Gunung Sampah ~ Prospek Internet Marketing Di Indonesia >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK