Menurut laporan tersebut, e-commerce di Asia Tenggara masih belum begitu berkembang. E-commerce di kawasan ini menyumbang kurang dari satu persen pasar e-commerce dunia. Saat ini, pasar e-commerce di ASEAN 6 bernilai sekitar USD 7 miliar (Rp 89,8 triliun).
Kali ini, mari kita berfokus pada Indonesia. Pada gambar di atas, kita bisa melihat bahwa meski Indonesia memiliki sekitar 39 juta pengguna internet pada tahun 2013, jumlah pembeli online di negara ini masih sedikit jika dibandingkan negara lain. Indonesia hanya memiliki sekitar lima juta pembeli online, yang hanya sekitar 12 persen dari jumlah pengguna internet di negara ini. Singapura memang memiliki jumlah pembeli online yang lebih sedikit (3,2 juta), namun perlu diingat bahwa negara ini memiliki jumlah penduduk yang sedikit pula yakni sekitar 5,5 juta. Bagaimanapun, nilai pasar e-commerce di Indonesia termasuk yang paling tinggi yakni USD 1,3 miliar (Rp 16,7 tiliun), sama dengan Malaysia dan di belakang Singapura yang memiliki nilai pasar tertinggi yakni USD 1,7 miliar (Rp 21,8 triliun). Hal ini mungkin dikarenakan daya beli yang tinggi di negara ini.
Menariknya, sekitar 61 persen pembeli online di Indonesia membeli melalui perangkat mobile mereka. Negara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam juga memiliki jumlah pembeli online melalui perangkat mobile yang tinggi. Animo pembelian melalui perangkat mobile yang tinggi ini disinyalir karena masih belum memadainya fasilitas fix broadband di negara-negara tersebut. Selain itu, banyaknya smartphone murah di pasaran juga bisa menjadi salah satu alasan.
Bagaimanapun, seiring dengan daya beli yang terus meningkat, penetrasi internet yang kian tinggi, dan makin banyaknya layanan yang ditawarkan, pasar e-commerce di Asia Tenggara diprediksi akan mencapai hingga 25 persen di beberapa tahun mendatang. Pasar e-commerce di Indonesia bahkan diprediksi akan bernilai USD 25 miliar (Rp 320,8 triliun) hingga USD 30 miliar (Rp 385 triliun), dari yang tadinya hanya USD 1,3 miliar (Rp 16,7 triliun).
Tantangan yang harus dihadapi dan solusi
Untuk mewujudkan pertumbuhan pasar e-commerce tersebut, laporan ini merangkum lima hal yang harus dilakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara:
1. Meningkatkan akses internet
Konektivitas internet di negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina terbilang masih sangat rendah. Di negara dengan banyak pulau seperti Indonesia, jangkauan jaringan terbatas dan tidak merata. Ditambah lagi, kecepatan internet yang lambat dan biaya yang mahal juga menjadi faktor penghalang penetrasi internet.
Menggunakan dana pemerintah untuk meningkatkan jangkauan internet, meningkatkan konektivitas antar-wilayah, serta meningkatkan awareness masyarakat tentang pentingnya internet menjadi beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2. Mendukung munculnya pemain lokal
Meskipun beberapa pemain besar lokal sudah ada, tak jarang masyarakat masih lebih tertarik menggunakan layanan dari luar negeri. Alasannya, banyak masyarakat yang masih skeptis terhadap layanan yang ditawarkan pemain lokal. Selain itu, kurangnya dana, talenta, dan dukungan menyebabkan enggannya pemain lokal untuk terjun bersaing di pasar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya akses finansial yang membantu para calon pemain lokal, misalnya memberikan pinjaman atau dana hibah. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa program inkubasi dan akselerasi yang membantu perkembangan talenta dan memberi dukungan kepada para startup baik dari segi mentoring maupun pendanaan.
3. Memperkuat keamanan online
Banyak konsumen di negara Asia Tenggara yang belum percaya pada transaksi online. Tidak ada atau kurang jelasnya peraturan hukum yang mengatur tentang keamanan dalam bertransaksi online menjadi salah satu penyebab ketidakpercayaan tersebut. Selain itu, masyarakat juga masih khawatir terhadap adanya cyber attack, yang membuat mereka enggan bertransaksi secara online.
Saling berbagi informasi dan cara penanggulangan terbaik dengan negara-negara Asia Tenggara lain merupakan salah satu solusi yang direkomendasikan laporan ini. Selain itu, pengadaan peraturan hukum yang transparan juga bisa menjadi cara untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Di Indonesia sendiri, seperti yang terlihat dalam tabel, hukum yang mengatur privasi dan perlindungan konsumen di negara ini masih kurang memadai. Ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk membuat peraturan hukum yang transparan dan adil guna meningkatkan kepercayaan konsumen tanah air.
4. Mempromosikan e-payment
Meski melakukan transaksi pembelian secara online, banyak pembeli di Asia Tenggara yang melakukan pembayaran secara offline dengan adanya layanan seperti cash-on-delivery. Selain karena khawatir akan keamanan data, banyak masyarakat di negara-negara Asia Tenggara yang tidak memiliki rekening bank. Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk un-banked (tidak memiliki rekening bank) terbanyak, yakni 70 persen hingga 80 persen. Ini berdampak pada rendahnya penggunaan e-payment oleh para konsumen yang melakukan belanja online. Di Indonesia, hanya ada sekitar 4 persen konsumen online yang menggunakan online payment sebagai metode pembayaran mereka. Di antara enam negara di ASEAN 6, hanya Singapura yang memiliki jumlah pengguna e-payment yang banyak, yakni sekitar 50 persen.
Saat ini, hal yang tengah dilakukan adalah memperbanyak layanan e-payment bagi konsumen. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa pemain e-payment seperti Doku dan iPaymu. Pemberlakuan peraturan e-payment yang jelas dari pemerintah juga bisa menjadi salah satu cara untuk mempromosikan e-payment. Selain itu, upaya mengkonversi penduduk un-banked untuk memiliki rekening bank juga perlu dilakukan.
5. Meningkatkan efisiensi logistik dan perdagangan
Selain isu kepercayaan, pengiriman menjadi salah satu faktor yang menyebabkan enggannya masyarakat membeli secara online. Biaya pengiriman yang mahal serta masih buruknya infrastruktur transportasi di negara-negara Asia Tenggara, khususnya negara kepulauan seperti Indonesia menjadi faktor kurang efisiennya pengiriman.
Untuk mengatasi hal tersebut, selain meningkatkan infrastruktur transportasi, kesiapan layanan logistik juga penting untuk ditingkatkan. Pemain e-commerce bisa bekerjasama dengan penyedia layanan logistik untuk lebih meningkatkan layanan pengiriman mereka.
Melihat peluang dan tantangan pasar e-commerce di Asia Tenggara, kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar di masa mendatang. Jika semua kendala yang ada seperti fasilitas, infrastruktur, peningkatan awareness masyarakat bisa diatasi dengan baik, bukan tidak mungkin Asia Tenggara menjadi kawasan yang diperhitungkan di masa depan.
Anda bisa membaca laporan lengkapnya di sini.
(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya)
ReplyDeleteSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut