Langkah Patrick untuk melebarkan sayap ke dunia hiburan jelas memancing perhatian. Layanan yang akan dihadirkan adalah ‘Netflix untuk Asia’ bernama iFlix.
“Kami cukup frustrasi, jadwal kerja yang padat dan selalu bepergian membuat kita tidak bisa menonton apa yang kita inginkan di waktu yang kita inginkan,” jelas Patrick. “Kami melihat bila Netflix telah menjadi pelopor bisnis model layanan internet TV, dan berharap hal yang sama bisa bekerja di Asia dengan fokus pada mobile.”
Mengutamakan mobile
Startup yang berfokus pada layanan video on-demand ini akan menawarkan akses ke berbagai tayangan TV dan fillm dari seluruh penjuru dunia. Berbekal kerjasama dengan lebih dari 30 penyedia konten global – dan akan terus bertambah – Patrick menjanjikan lebih dari 10 ribu jam tayangan Amerika, Asia, dan konten lokal di 2015.
iFlix membedakan bisnisnya dengan hanya berfokus pada mobile. “Kami ingin menyediakan layanan berkualitas bagus melalui berbagai perangkat,” kata Patrick. “Dengan satu akun, pelanggan dapat menggunakan sampai lima perangkat termasuk smartphone, tablet, TV, dan laptop.”
Masing-masing layanan berlangganan akan dilengkapi sebuah media player yang memungkinkan konsumen men-download konten ke perangkat TV mereka. Patrick menolak membicarakan detail mengenai biaya bulanan, meskipun ia mengklaim “telah berusaha memberikan harga yang ramah di kantong.”
Ambisi besar
Menyasar pasar mobile adalah strategi yang tepat di kawasan Asia Tenggara, mengingat di kawasan ini, banyak orang jarang menggunakan PC dan lebih cenderung mengakses internet melalui smartphone. Di waktu yang bersamaan, Patrick percaya bila layanan ini akan membantu melawan pembajakan yang marak terjadi. “Lebih dari 90 persen negara ASEAN adalah penikmat layanan bajakan,” katanya. “Ini akan menjadi masalah bagi penghasil konten dari Amerika, yang membuat konten berkualitas dan disukai konsumen di Asia Tenggara, namun jarang mendapat keuntungan finansial.”
Patrick berencana untuk segera menghadirkan iFlix di Asia Tenggara, dimulai dari Malaysia dan Filipina di pertengahan 2015. Thailand, Indonesia, dan Vietnam adalah sejumlah negara yang menjadi target berikutnya.
Bicara masalah kompetitor, Patrick mengaku bila ada beberapa kandidat potensial yang sudah ada dan akan hadir tahun ini ke kawasan Asia Tenggara. Salah satunya adalah Hooq, perusahaan joint-venture yang didirikan salah satu operator seluler terbesar di Singapura, Singtel. Meski begitu, ia percaya fokus iFlix pada mobile akan memberikan nilai plus tersendiri.
Perusahaan ini didanai sepenuhnya oleh Catcha Group. Patrick mengatakan bahwa saat ini timnya tengah “berfokus pada launching”, namun juga akan berlanjut “mencari opsi pendanaan, termasuk menargetkan IPO seiring berkembangnya perusahaan.” Ia sudah memberikan bocoran kepada The Australian di akhir tahun lalu bahwa iFlix “siap menjual 20 persen saham […] ke lebih dari lima rekanan di Hollywood.”
Perusahaan terbaru Patrick ini didirikan bersamaan dengan Evolution Media Capital, perusahaan investasi yang berfokus pada media, olahraga, dan industri hiburan.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto dan Lina Noviandari)
Sumber: idtechinasia