1. Sudah tiga kali berpindah kantor
Chintya Fransisca, co-founder SiKumis menceritakan bahwa awal bisnis startup ini berasal dari sebuah website yang menjual berbagai katalog dari produk industri di tahun 2008. Sejak saat itu, produk dari berbagai perusahaan berdatangan dan kategori semakin meluas hingga tim membuat sekitar 17 website berbeda. Pada tahun 2011, tim akhirnya memiliki kantor di daerah Glodok dan Kemayoran.
Melihat pertumbuhan industri yang pesat, pada tahun 2013, tim memutuskan untuk mengumpulkan semua website yang mereka punya dalam satu website yang diberi nama SiKumis. Sejak saat itu, tim berpindah kantor di daerah Bekasi. Hingga kini, anggota tim SiKumis berjumlah 18 orang.
2. Pemilihan nama SiKumis
Dari pemilihan nama, startup ini memang terdengar unik. Chintya lebih jauh mengungkapkan alasan bahwa kebanyakan pria di Indonesia identik dengan kepemilikan kumis. “Setiap saya bertemu dengan para mitra, mereka seringkali tertawa saat saya mengatakan nama SiKumis. Tetapi dengan nama unik tersebut, tim kami jadi mudah diingat,” ucapnya.
Alasan lainnya adalah karena domain dengan nama yang berhubungan dengan alat-alat industri sudah dimiliki oleh pihak lain, sehingga di saat pembentukan website, tim lebih memilih nama yang mudah diingat.
3. Memiliki lebih dari 15.000 pilihan produk
Hingga saat ini, website SiKumis telah memiliki 17 kategori. Dari kategori tersebut, masih terdapat beberapa sub-kategori lainnya. Secara total, sudah ada lebih dari 15.000 produk tersedia di website SiKumis. Beberapa kategori alat industri yang tersedia di SiKumis adalah alat & mesin perkakas, bahan pestisida & kimia, bangunan & material, dan navigasi & survei.
Dari jumlah tersebut, SiKumis telah bermitra dengan sekitar 285 brand untuk peralatan industri, di antaranya adalah Krisbow, Yucom, Mitsubishi, dan Komatsu. Chintya mengaku bahwa SiKumis masih melakukan proses input untuk menambah brand yang bekerja sama dan untuk menambah variasi produk.
4. Aliran pendapatan
SiKumis berperan sebagai distributor atau reseller bagi para vendor yang bekerjasama. Pendapatan startup ini berasal dari selisih harga yang diberikan oleh para vendor. SiKumis sendiri menentukan tiga kriteria utama bagi vendor untuk bisa bergabung dengan startup ini. Kriteria tersebut adalah vendor harus lah importir, distributor resmi di Indonesia, atau produsen perangkat.
Chintya menambahkan sistem bisnis yang diterapkan SiKumis adalah business-to-business (B2B) dan business-to-costumer (B2C). Bagaimanapun, SiKumis memegang kendali dalam penentuan harga, penempatan penyimpanan stok barang, dan juga pengiriman kepada konsumen.
Selain dari kerjasama, SiKumis memperoleh pendapatan dari iklan. Beberapa vendor besar memasang iklan dan memasarkan katalognya melalui SiKumis. Dengan aliran pendapatan tersebut, SiKumis mengklaim memperoleh penghasilan ratusan juta hingga miliaran rupiah per bulannya. Namun sayangnya, Chintya enggan memberi detail penghasilan yang mereka dapatkan.
Sedangkan untuk biaya operasional, sejauh ini SiKumis masih beroperasi secara bootstrapping dan belum memiliki investor.
5. Strategi pengembangan bisnis dan kompetitor
Chintya mengungkapkan beberapa strategi yang dimiliki SiKumis. Pertama adalah dengan memberikan harga yang kompetitif dan cenderung lebih murah dibanding retail alat industri lainnya. Kedua adalah dengan menyediakan berbagai metode pembayaran, selain uang tunai, transfer ATM, atau pembayaran online lainnya, SiKumis telah bekerja sama dengan salah satu vendor penyedia leasing untuk memberikan cicilan harga bagi konsumen. Ketiga, menyediakan distribusi hingga ke lebih dari 210 kota di Indonesia dan juga sudah menjangkau negara di Timur Tengah. Terakhir, mereka fokus pada UKM, petani, dan usaha kecil lainnya dengan cara menyediakan pilihan harga yang lebih murah untuk mendorong sektor industri kecil dan menengah.
Terkait kompetitor, kami pernah mengulas empat website penyedia produk industrial di Indonesia yang dapat menjadi kompetitor SiKumis, seperti Perkakasku, Ralali, dan IndoTeknik.
6. Rencana mendatang
Ke depannya, SiKumis ingin terus melakukan perbaikan pada tampilan website mereka. SiKumis juga berencana membuat aplikasi mobile dan memberikan fasilitas cicilan melalui media sosial. Terakhir, karena melihat ketertarikan dari luar negeri, SiKumis juga ingin menjangkau lebih banyak kawasan termasuk Asia Tenggara.
(Diedit oleh Lina Noviandari)
Sumber: idtechinasia