Skip to content

Tuesday 31 March 2015

(Event) Hadiri Pesta Wirausaha 2015 : 3-5 April 2015 “Indonesia Juara MEA”


Pada tanggal 3-5 April 2015, rekan-rekan kami dari komunitas Tangan di Atas akan mengadakan pesta wirausaha 2015 dengan tema “Indonesia Juara MEA”. Pembelian tiket Anda bisa klik di sini. Berikut ini adalah info eventnya.

Setiap diskusi dengan teman, menyimak media, birokrat, atau mendengar dari para pakar sekalipun, ada yang tersurat dengan jelas, ada yang tersamar-samar. Tetapi intinya sama, yakni betapa dibukanya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun 2015, membuat khawatir banyak pihak.

Masuk akal juga, karena dari penduduk Asean yang jumlahnya sekitar 630 juta, Indonesia adalah anggota Asean terbesar dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta, alias sekitar 40% nya. Dengan minimnya persiapan dan kemampuan kita, maka Indonesia kemungkinan hanya menjadi pasar, dimana arus barang, jasa dan tenaga kerja manusia dari negara-negara tetangga lebih leluasa mengalir ke negara tercinta kita ini.


Sudahkah Anda punya tiket Pesta Wirausaha 2015?

Normal Price: Rp 580.000,-

Beli sekarang untuk mendapatkan Special Price Rp 450.000,-

*** Klik Disini dan Pesan Sekarang Juga! ***

sebelum harga menjadi normal kembali..

Lebih Baik Menyalakan Lilin daripada Mengutuk Kegelapan

Akan tetapi, seperti pepatah “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”, daripada tenggelam dalam pikiran akan kekhawatiran di era MEA, maka Komunitas Tangan Di Atas ( TDA ) memilih untuk  berbuat, supaya kita bukan hanya siap menghadapi, tetapi juga bisa berkiprah dan mengambil manfaat di era MEA ini.

Komunitas TDA yang memiliki Visi “Membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki kontribusi positif bagi peradaban” yang salah satu Misinya adalah menciptakan 10.000 pengusaha milyarder hingga tahun 2018 . Kini sudah berdiri 55 wilayah TDA di Indonesia.

Beragam program untuk meningkatkan kemampuan wirausaha terus bergulir di wilayah-wilayah Komunitas Tangan Di Atas di seluruh Indonesia. Dengan kegiatan seperti pelatihan, seminar, mentoring dan aktivitas lainya, kemampuan angggota TDA, UMKM dan masyarakat sekitar di wilayah-wilayah dimana Komunitas TDA berada selalu berusaha di tingkatkan baik dari segi pengembangan diri dan keluarganya maupun bisnisnya. Dalam dunia usaha, kemampuan penjualan dan pemasaran, produk dan produksi, sistem bisnis, keuangan, sumber daya manusia, hukum, kepemimpinan dsb, adalah beberapa hal utama yang selalu berusaha ditingkatkan.



Pesta Wirausaha TDA 15 Kota, Periode 2014-2015

Salah satu kegiatan terbesar untuk meningkatkan kemampuan anggota TDA dan masyarakat umum di era MEA adalah di gelarnya program Pesta Wirausaha komunitas TDA dengan tema utama “Indonesia Juara MEA”.

Pesta Wirausaha, program tahunan TDA yang terus berkembang ini, memiliki inti acara seminar dan pelatihan, ekspo produk, bersilaturahim dan membangun jaringan, serta acara peningkatan kapabilitas bisnis lainya, kali ini di selenggarakan di 15 Kota di Indonesia antara bulan November 2014 sampai April 2015.

Adapaun urutan penyelenggaraan Pesta Wirausaha TDA 15 Kota, 2014-2015 adalah sbb:


  1. Pesta Wirausaha Bekasi, 15 November 2014
  2. Pesta Wirausaha Lampung, 22 November 2014
  3. Pesta Wirausaha Batam, 24 – 30 November 2014
  4. Pesta Wirausaha Asean Mataram, 28 – 30 November 2014
  5. Pesta Wirausaha Surabaya, 6 Desember 2014
  6. Pesta Wirausaha Depok, 6-7 Desember 2014
  7. Pesta Wirausaha Jambi, 13 -14 Desember 2014
  8. Pesta Wirausaha Samarinda, 16 Desember 2014
  9. Pesta Wirausaha Mahasiswa Nasional  Yogyakarta, 17 – 18 Desember 2014
  10. Pesta Wirausaha Medan, 20-21 Desember 2014
  11. Pesta Wirausaha Tangerang, 30 Desember 2014
  12. Pesta Wirausaha Kabupaten Bogor, 10 Januari 2015
  13. Pesta Wirausaha Bali, 11 Januari 2015Pesta Wirausaha Kota Bogor Raya, 11 Januari 2015
  14. Pesta Wirausaha Nasional, TMII Jakarta, 3-5 April 2015

Perhelatan akbar ini kami harapkan menjadi sarana yang benar-benar bermanfaat untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan kemampuan bisnis sebagian masyarakat Indonesia, serta memiliki efek domino yang semakin besar untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Pesta Wirausaha bukan hanya sekedar even, tetapi mampu menjadi momen bersejarah yang bukan hanya mengingatkan, tetapi juga membangkitkan semangat dan optimisme. Sehingga kita memiliki komitmen dan bertindak nyata untuk menjadi masyarakat dan bangsa yang terus berbuat lebih baik dan mampu berkiprah di era globalisasi ASEAN bahkan kita Bangsa Indonesia mampu menjadi juara dan memiliki martabat dalam percaturan dunia.

Info lebih detil mengenai even Pesta Wirausaha, dapat di lihat di www.pestawirausaha.com, akun twitter @pestawirausaha, facebook Pesta Wirausaha dan www.tangandiatas.com, twitter @TanganDiAtas, serta facebook Tangan Di Atas (TDA).

Mari bersama kita berkomitmen untuk berusaha menjadi juara di era MEA dan pastikan hadir di Pesta Wirausaha.

Sampai jumpa di Pesta Wirausaha !


http://tangandiatas.com/pesta-wirausaha-2015/


Ikuti Konferensi Teknologi Terkemuka di Asia : Echelon Indonesia 2015


Echelon kini memasuki tahun keenam dan telah berkembang sebagai konferensi teknologi terkemuka di Asia. Setelah kesuksesan acara satelit kami di Indonesia sejak tahun 2013 silam, kini kami persembahkan versi utuh dari Echelon di Indonesia. Echelon Indonesia 2015merupakan acara regional yang berlangsung selama dua hari dan berlokasi di ibukota Indonesia, Jakarta. Tujuan dari acara ini adalah untuk mengatasi masalah pertumbuhan di pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara melalui transfer pengetahuan oleh para pembicara dan investor internasional serta pembangunan jaringan bisnis yang kuat dan terstruktur.
Melalui acara ini, pihak penyelenggara, e27 dan DailySocial, ingin memfasilitasi berbagai kerjasama baik itu dalam ekosistem startup lokal maupun dengan pasar lain di kawasan Asia Tenggara. The Echelon Summit 2015 Top 100 Indonesia Qualifier juga akan diadakan sebagai bagian dari rangkaian acara ini, dimana para pendiri startup Indonesia dapat mempresentasikan mengenai bisnis mereka di atas panggung. Kedua acara tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat mengatasi masalah pertumbuhan melalui kerjasama dan inovasi. Sama seperti acara-acara Echelon sebelumnya, Echelon Indonesia 2015 memiliki tujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa pasar Asia Tenggara merupakan tempat yang tepat bagi pertumbuhan teknologi inovatif, investasi tahap awal dan akses pasar.

Fitur-Fitur Kunci Echelon Indonesia 2015

Roadshow
Sebagai persiapan jelang acara utama yang akan diadakan pada bulan April mendatang, pihak panitia akan mengadakan roadshow gratis untuk memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk bertemu langsung dengan para pembicara dan mendapatkan sedikit gambaran mengenai Echelon. Roadshow tersebut akan dihadiri oleh para alumni dan peserta Echelon terdahulu, juga para pengamat teknologi terkemuka seperti Indra Purnama dari MIKTI, Gibran Hufaizah, CEO eFishery, dan Arip Tirta, CEO Urbanindo. Roadshow tersebut bertujuan untuk membangun komunitas di Indonesia serta kehadiran brand di tengah-tengah penggemar teknologi di Indonesia. Roadshow ini sendiri akan diadakan di Jakarta pada tanggal 4 Maret 2015 dan Bandung pada tanggal 5 Maret 2015.
Workshop
Setiap konferensi Echelon pasti disertai dengan workshop dimana para peserta akan mendapatkan berbagai tips dan trik menarik mengenai perdagangan. Echelon Indonesia 2015 akan menghadirkan workshop UI/UX yang akan dibawakan oleh PayPal, entitas online yang telah diakui dunia selama lebih dari 17 tahun. Pada bulan Mei 2014, PayPal mengumumkan sebuah website yang mampu mempersingkat penyesuaian antarmuka antara web dan mobile. Para hadirin pastinya akan mendapat banyak manfaat dari hal ini dan uji coba PayPal lainnya.
Pembicara Internasional dan Diskusi Panel
Echelon Indonesia 2015 akan menghadirkan para pembicara internasional dan diskusi panel. Para peserta akan mendapatkan masukan bermanfaat mengenai tantangan pertumbuhan pada pasar lokal dan regional; dan begaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Sesi tersebut akan diisi oleh para pembicara kaya pengalaman seperti Managing partner 500 Startups Khailee Ng dan Group CEO aCommerce Paul Srivorakul.
Top 100 Indonesia Qualifier
Program Startup Marketplace dari Echelon telah berganti nama menjadi program Top 100, yang membantu startup mempresentasikan produk dan jasa mereka pada acara tahunan Echelon Asia Summit. Program Top 100 dibagi ke dalam 3 tahapan: pendaftaran, kualifikasi regional di 14 kota, dan Top 100 Exhibition and Pitching Finals yang diadakan bersamaan dengan Echelon Asia Summit di Singapura. Startup yang terpilih akan mempresentasikan produk mereka di atas panggung di depan para juri lokal demi kesempatan untuk bisa masuk ke dalam Top 100 yang akan berkompetisi pada Summit di Singapura. Top 100 Indonesia Qualifier akan diadakan seiring dengan Echelon Indonesia 2015 – yang akan mempresentasikan startup paling menjajikan serta kondisi dunia teknologi tanah air.
Tentang e27 (e27.co)
Platform terkemuka di Asia bagi bisnis berbasis inovasi, memberi dukungan kepada generasi baru para pemimpin, pencipta, pengusaha, dan investor teknologi yang terus mempengaruhi lingkungan mereka secara konstan.
Tentang DailySocial (en.dailysocial.net)
DailySocial didirikan pada 2008 sebagai blog teknologi yang secara konsisten mengabarkan berita terbaru, analisis, serta opini mengenai internet dan perusahaan berbasis mobile, industry telekomunikasi, dan ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia. Blog ini didedikasikan bagi mereka yang ingin mengetahui tentang startup teknologi dan perkembangannya di Indonesia.
DailySocial juga ikut berperan dalam pembentukan ekosistem teknologi Indonesia dengan menggelar acara tahunan Sparxup, barbagai acara programming, dan berbagai kegiatan PR.
Tentang Echelon (e27.co/echelon)
Echelon merupakan acara mengenai teknologi dan bisnis yang mengapresiasi teknologi dan inovasi digital terbaik di Asia. Acara ini didedikasikan kepada perusahaan startup dan para pembuat perubahan yang ada di industri teknologi regional yang tengah bertumbuh dengan pesat.
Echelon telah diadakan sejak tahun 2010 silam sebagai acara tahunan di Singapura. Acara ini menarik perhatian dari para inovator, pengusaha, investor, badan pemerintah, serta pejabat di bidang teknologi yang sedang membuat gelombang inovasi baru di Asia.
Sejak 2014, brand Echelon mulai terdengar di kancah regional. Dengan konferensi yang sukses di Thailand dan Malaysia pada tahun yang sama, dan sebuah pertemuan besar pada 2015 ini, pihak penyelenggaranya, e27, kini mengalihkan perhatian mereka pada Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Echelon Indonesia 2015, silahkan kunjungi e27.co/echelon/indonesia

Kontak Media

Brian Koh
Projects Director, e27
e: brian@e27.co
m: +65 9750 8277
Skype: @litford
Ammarudin Hadi
Marketing Executive, e27
e: hadi@e27.co
m: +65 9189 5869

Friday 27 March 2015

Cara Cepat Membangun dan Membesarkan Startup

Startup (unsplash.com)
Ketika kita ingin mendirikan sebuah startup, pernahkah terlintas dalam benak kita pertanyaan bagaimana cara cepat untuk menumbuhkan dan membesarkan startup impian kita tersebut? Tumbuh dengan cepat adalah karakteristik dari sebuah startup sebagai salah satu parameter penilaian berjalan tidaknya bisnis model yang direncakan oleh pendirinya.
Namun, keinginan untuk bertumbuh cepat tersebut terkadang dibiaskan oleh pemikiran bahwa startup kita harus menggarap atau menyasar hal-hal besar saat itu juga, contohnya seperti market yang besar atau jenis layanan yang beragam.
Terkadang memulai dari yang kecil adalah sebuah cara terbaik dalam membesarkan startup kita. Sama seperti nasehat Aa Gym yang terkenal tentang perubahan diri: mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang. Memulai dengan hal yang kecil bukan berarti kita menargetkan pencapaian kecil untuk startup kita, tapi kita bisa menciptakan ruang lingkup yang lebih sederhana untuk bisa memverifikasi model bisnis kita dengan cepat.
Memulai dari yang kecil juga membuat kita lebih mudah mendominasi market/layanan spesfik tersebut dibandingkan kita menyasar market besar / layanan besar di waktu awal dalam waktu bersamaan.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon dan eBay sekalipun pernah mengawali perjalanannya dengan memulai dari yang kecil. Amazon memulai perjalanannya dengan memfokuskan diri pada penjualan buku, memosisikan diri mereka sebagai solusi bagi mereka yang tinggal jauh dari toko buku dan ingin mencari buku yang tidak biasa atau jarang ditemukan.
Baru setelah mereka menjadi pemain besar dalam e-commerce buku, mereka mulai mengembangkan sayap ke layanan lain seperti CD, video, dan software. Seperti kita lihat kini, Amazon akan terus menambah kategori layanan hingga menjadi toko online terbesar dunia.
eBay juga memulai langkah awalnya dengan berkonsentrasi pada market peminat baby beanie (boneka mainan anak-anak) di awal perjalanannya, baru kemudian mereka bisa mendapat kepercayaan untuk menawarkan beragam barang-barang lainnya dan saat ini menjadi salah satu perusahaan marketplace terbesar di dunia.
Memulai dari kecil membuat kita menguasai market spesifik tertentu dengan penawaran tertentu juga. Setelah area tersebut kita dapat kuasai, maka dari sana kita akan bisa melihat celah peluang lainnya untuk bisa mengembangkan pasar.
Salah satu startup dari Hongkong bernama lotsofbottom.com, sebuah e-commerce yang menawarkan ribuan jenis kancing ke pasar internasional, memulai langkah awalnya dengan berfokus pada produk kancing. Setelah mereka berhasil mengklaim diri sebagai toko kancing terlengkap di dunia, mereka mulai merambah ke produk pita dan aksesoris lainnya yang ternyata nilai pasarnya mencapai milyaran dollar.
Mereka dapat menguasai pasar peminat kancing sehingga tidak banyak pesaing serupa yang dapat menandingi kekuatan mereka di pasaran.
Startup memang harus tumbuh cepat, namun jangan sampai keinginan bertumbuh cepat membuat kita ingin formula instant untuk bisa mendapat hasil yang besar tanpa proses pembelajaran. Memulai dari kecil membuat kita memiliki fokus dan perhatian yang tinggi dalam aktivitas belajar kita.
Karena setiap startup adalah pembelajar, maka mari kita belajar dari setiap langkah, dan jangan takut untuk memulai dari langkah kecil untuk kemudian bisa menapai langkah-langkah besar selanjutnya.

Sumber: selasar

Startup Asal Indonesia Juarai Kompetisi Startup Dunia di Rotterdam


Rotterdam - Saat kondisi dalam negeri tengah tak stabil akibat BBM, kabar gembira datang dari Rotterdam, Belanda. eFishery, sebuah startup asal Bandung, berhasil mendapat juara 1 GITR (Get In The Ring) Intenasional pada 22 November 2014. GITR adalah program dari Global Entrepreneurship Week yang bekerjasama dengan Kauffman Foundation. eFishery sendiri diwakili oleh Ikhsan Akhirulsyah dan Gibran Chudzaefah Amsi El Farizy (FYI, Gibran adalah salah satu kontributor Selasar.com).
Sabuk kemenangan GITR 2014
eFishery adalah alat pemberi makan ikan otomatis. Dengan alat ini, eFishery mengatakan bahwa mereka bisa memberi makan ikan dengan jadwal yang akurat dan teratur serta jumlah pakannya pun tepat. Tentu saja ini bisa menghemat waktu begitu banyak peternak ikan dan industri perikanan Indonesia itu sendiri.

Apa itu GITR? Selama ini, jika sebuah startup ingin mendapatkan investasi, ia akan mempresentasikan konsepnya di depan para investor –dan biasanya- tertutup. Akibatnya, masyarakat umum biasanya hanya tahu hasilnya saja. GITR melakukan inovasi dalam proses melakukan pitching. Mengapa tidak melakukannya di atas ring tinju dan suasananya juga dibuat seolah-olah seperti seperti dalam pertarungan dua petinju? Tentunya, hal ini akan memicu ketertarikan yang besar. 
GITR sudah dilaksanakan beberapa kali. Pada 2012, pemenang GITR adalah Risparmio Super (Italia) dan pada 2013, pemenangnya adalah EyeVerify (USA). Mulanya, GITR 2014 diadakan di tingkat nasional. Setelah berhasil menjuarai tingkat nasional, di tingkat regional (Asia), eFishery pun berhasil menundukkan startup asal Korea Selatan.
Berkat kemenangan itu, eFishery berhadapan dengan finalis lainnya di tingkat dunia, yakni Go Metro, Snappcar, Templafy, Screendy, Integreight, Choo Choo Baby Carrier, Nannuka, Spot on Sciences, dan Healthy Memory App. Semua startup itu berasal dari berbagai negara di dunia.
“Arena get in the ring akan disaksikan oleh lebih dr 1000 penonton yang hadir secara langsung dari berbagai kalangan (investor, students, entrepreneur, dan governments dr multinegara yang hadir ke belanda) serta live streaming untuk para penonton yang ada di belahan bumi lainnya”, ujar Ikhsan Akhirulsyah, tim eFishery, di akun Path miliknya.

Setelah bertarung melawan maestro-maestro startup dari tiap regional di dunia, akhirnya eFishery berhasil mendapatkan mahkota juara. Ucapan selamat mengalir dari teman-teman mereka bersua karena Cybreed (perusahaan yang menaungi produk eFishery) berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bukanlah negara sembarangan.
Redaksi menghubungi Gibran, CEO Cybreed, untuk menuliskan pendapatnya tentang kemenangan yang diraih eFishery di ajang GITR internasional ini. Berikut ini adalah pernyataan Gibran yang ditulisnya melalui WhattsApp-nya:
“Kemenangan ini buat saya pribadi sangat menarik. Karena eFishery kan "cuma" teknologi untuk petani ikan yang marketnya sangat spesifik. Kami "cuma" startup dari Indonesia yang dalam konteks teknologi belum terlalu berkembang. Yang menarik, kami mengalahkan startup lain di bidang cloud computing, marketplace, mobile apps, dan healthcare, dari Afrika, Eropa, dan bahkan Amerika Serikat. Jadi, kemenangan ini ngasih bukti bahwa orang-orang peduli dan mendukung dengan apa yang kami lakukan buat para petani ikan. Dan bahwa Indonesia bisa unjuk gigi di level internasional.”
Selain itu, Ikhsan Akhirulsyah, salah satu tim eFishery, pun menuliskan harapannya di akun Path miliknya bahwa kemenangan eFishery ini bisa menjadi “pintu gerbang” startup Indonesia lain untuk maju ke level internasional.
“Kita perlu tunjukkan pada dunia bahwa startup2 lokal jebolan indonesia itu berkualitas dan layak untuk bertumbuh di tingkat global.. serta tidak bisa dianggap remeh.. karena bagaimana pun kita hidup di zaman yang tidak mengenal batas negara dalam konteks kompetisi.. :) Tahun ini mungkin cybreed dengan produk eFishery-nya diamanahi sebagai pembuka pintu melalui arena GITR.. tp tahun depan dan seterusnya.. kita bersama2.. ya kita.. yang akan men-DUNIA.. bersama.. termasuk kamu.. iya.. kamu.. sounds good, isn't it? :) Memenangkan ini artinya meningkatkan value kita bersama.. dan semakin tinggi value startup2 indonesia di mata dunia.. semakin bagus.. Jika selama ini orang selalu benchmarking sillicon valley sebagai jebolan startup terbaik.. kini saatnya kita mengubah pandangan itu.. startup2 terbaik.. lahir dari rahim bumi pertiwi.. IN-DO-NE-SIA.. :) Let's people around the world know how good indonesian startup is.. Tidak ada lagi opini bahwa kita para startup lokal indonesia "hanya" tim hore-hore dan sebatas penggembira di arena dunia.. tidak ada lagi opini yang menganggap startup2 lokal dr indonesia sekedar 2nd class.. sehingga valuasinya dihitung rendah.. tidak ada lagi persoalan inferiority complex yang menghinggapi startup2 lokal.. karena kita bersama.. yang akan mengubah cara pandang itu.. Bukankah kita yang akan memimpin masa depan (dunia) di keprofesian kita? Dan hal itu sangat berharga untuk diperjuangkan, bukan.. :')”
Apa yang terjadi di Indonesia tak bisa kita hindari, termasuk kenaikan harga BBM. Itu adalah keputusan pemerintah. Namun, daripada mengeluh dan berkeluh kesah, ada cara yang lebih baik untuk menanggapinya: dengan cara terus berkarya. Tentu saja ini bukan berarti kita tidak mengkritisi pemerintah.
Dengan kata lain, tantanglah keterbatasan diri kita dan hantamlah terus tembok-tembok penghalang yang ada. Terus berusaha dan teruslah membuat karya. Seperti status WhatsApp Gibran Chudzaefah, CEO Cybreed, “brave yourself. Exicetement is coming”, suatu saat diri kita pun akan bisa berdiri di atas panggung dunia.

Sumber: kominfo

Thursday 26 March 2015

Bagaimana menjalankan peran sebagai mahasiswa dan entrepreneur secara bersamaan


Saya telah bertemu dengan banyak entrepreneur (yang masih) mahasiswa, dan saya mendengar pertanyaan yang dilontarkan terus menerus: bagaimana Anda menjalani peran sebagai mahasiswa dan entrepreneur secara bersamaan? Pertanyaan tersebut telah ditanyakan kepada saya sejak saya masih kuliah. 

Jawaban saya adalah jangan dikerjakan sekaligus. Setidaknya, jangan terlalu sering. Fokus pada satu hal dan lakukan dengan sangat baik. Kemungkinan Anda tidak akan unggul di dua hal tersebut dan ada banyak sekali hal yang harus ditangani ketika Anda menjalankan sebuah perusahaan. Jika Anda memilih untuk menjadi seorang entrepreneur, maka berfokuslah untuk menjadi entrepreneur yang bagus. Untuk kuliah, lakukan usaha yang minimum. Mendapat C+ bukanlah sebuah masalah. Anda tidak memerlukan A+ untuk menjadi unggul dalam hidup. 

Sejauh ini, peringkat kuliah saya belum relevan bagi saya dan kemungkinan tidak akan relevan di masa mendatang. Saya sangat percaya bahwa orang akan lebih menghargai hal-hal yang telah Anda lakukan dibanding peringkat yang Anda capai di universitas. Dan sedihnya lagi, hal-hal yang Anda pelajari di kelas seringkali tidak bisa diterapkan di kehidupan nyata. Saya tidak menjelek-jelekkan pendidikan; karena memang pendidikan membantu kita membangun jaringan dengan teman, menangani stress, dan memperoleh pengetahuan. Dan mempunyai gelar/diploma dapat digunakan sebagai rencana cadangan juga. 

Sebagai seorang mahasiswa, sangat penting untuk menguji apakah Anda dapat mengatasi dan memahami risiko yang akan Anda hadapi. Sebagai mahasiswa tahun pertama, tampaknya mudah untuk membuat pilihan menjadi entrepreneur. Anda masih memiliki waktu tiga tahun dan Anda belum harus berkontribusi kepada orangtua, atau bersaing dengan para pekerja. Tapi jika Anda sudah berada di tahun ketiga atau keempat, Anda akan mulai ragu apakah menjadi entrepreneur adalah jalan yang tepat bagi Anda. Bisakah Anda membangun sebuah perusahaan yang menguntungkan. Dan akankah itu sama atau mungkin tidak lebih memuaskan dibanding pekerjaan teman-teman Anda? Masalahnya menjadi semakin buruk ketika Anda melihat teman-teman menerima tawaran pekerjaan di perusahaan bergengsi dengan gaji yang besar dan Anda masih berjuang dengan startup Anda. 

Entrepreneur yang bagus bisa mengatasi stress dan keraguan tersebut dan akan terus membangun startupnya. Seorang entrepreneur yang luar biasa adalah orang yang dapat terus menjaga passion mereka dan membangun sebuah perusahaan yang dikagumi dan dihargai orang.


Sumber: idtechinasia

Punya Startup dan Belum dapat Funding? Ikuti Indigo Apprentice Awards 2015


Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan ajang akselerasi startup berhadiah funding 2 Milyar yang diadakan oleh Divisi Digital Business Telkom (DDB Accelerator) yang bernama Indigo Apprentice Awards 2015. Ajang ini sudah berlangsung selama hampir dua setengah bulan. Pendaftaran masih terus dibuka hingga Selasa, 31 Maret 2015. Lebih dari 100 startup sudah mendaftarkan produk digital yang berasal dari 5 kategori, mulai  dari segmen personal, community, home, industry, hingga digital apps. Kategori yang paling banyak disubmit sampai dengan saat ini adalah digital apps, yang disusul ditempat kedua oleh kategori community. Mayoritas produk startup dari peserta berupa website atau portal.
Setelah proses submission peserta ditutup, tahapan selanjutnya yang paling menantang dan menentukan adalah proses penjurian dengan format pitching pada bulan Mei 2015. Peserta akan mendapatkan training gratis mengenai tata cara, tips dan trik pitching yang terbaik. Menjelang tanggal penutupan, startup yang sudah mendaftar akan diberikan kesempatan untuk mengumpulkan jumlah vote sebanyak-banyaknya. Jumlah vote ini nantinya turut menentukan apakah mereka akan lolos ke tahapan selanjutnya dan berhak mengikuti training dan persiapan pitching.
Penjurian nantinya akan dinilai oleh para dewan juri yang kompeten di bidangnya. Para juri terdiri dari para founder beberapa startup sukses hingga para ekspertis yang bergerak di bidang digital business dan teknopreneur. Tak hanya itu, peserta akan berlomba menjadi juara untuk mendapatkan benefit yang tidak ditawarkan program accelerator lain, seperti akses ke platform teknis dan infrastruktur Telkom Group, ekspansi market ke 150 juta pelanggan Telkom group dalam dan luar negeri hingga business mentorship oleh global standard expert.
Bagi Anda yang sedang membangun dan merintis kejayaan startup anda dan membutuhkan partner sekaligus mentor untuk mengakselerasi bisnis dan memperluas pasar, Indigo Apprentice Awards 2015 merupakan peluang besar yang harus dicoba. Segera daftarkan startup Anda, dan dapatkan kesempatan memenangkan funding hingga 2 Milyar. Silahkan unggah produkmu melalui tautan berikut : apprentice.ddbaccelerator.com. Sampai jumpa di ajang para startup terbaik di Indonesia!

Wednesday 25 March 2015

Membidik 10 Peluang Bisnis Paling Menjanjikan di Masa Depan

Seorang Entrepreneur adalah seorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya oleh karena itu seorang entrepreneur akan mengubah padang ilalang menajadi kota baru, tempat pembuangan sampah menjadi resort yang indah, kawasan kumuh menjadi kawasan pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. "Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas." DR. (HC) Ir. Ciputra
Media terkemuka di Amerika bernama “INC” baru-baru ini merilis hasil riset terbaru mereka. Hasil riset mereka, bidang-bidang inilah yang dinilai “paling menjanjikan” paling tidak hingga 10 tahun mendatang. Proses riset ini mempertimbangkan apa saja kebiasaan manusia saat ini dan prediksi perilaku dan kebutuhan manusia di tahun-tahun ke depan. Hasilnya seperti yang ada di bawah ini. Mari kita simak daftarnya:

  1. Internet Bisnis, data processing, dan jasa informasi lainnya
  2. Sistem komputer & jasa yang berhubungan dengannya
  3. Sofware
  4. Jasa ketenagakerjaan
  5. Konsultasi: management, science, dan teknis
  6. Home Health Care
  7. Jasa penasihat keuangan pribadi
  8. Jasa perawatan anak
  9. Seni, hiburan dan rekreasi
  10. Film/video
Sekarang mari takar diri kita masing-masing, dari kesepuluh bidang di atas, dimana diri kita dan hobi kita bisa masuk. Apakah Internet Bisnis, Kesehatan, Anak-anak, Travelling, atau film/video. Jika sudah menakar diri kita dan bisa masuk ke salah satu bidang di atas, bersyukurlah, langkah kamu semakin mudah dan sudah on the track.
Langkah selanjutnya adalah yakinlah untuk menggeluti bidang tersebut. Segera cari informasi dan sumber-sumber ilmu berkaitan dengan bidang kamu sebanyak-banyaknya. Cari buku-buku dan literatur yang bisa mengembangkan kemampuanmu dibidang tersebut. Gunakan internet untuk mengakses dan mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan dunia yang lebih maju berkaitan dengan bidang kompetensi yang sedang kamu pelajari.
Saya sendiri memilih Internet Bisnis. Bidang ini setidaknya baru saya geluti sejak tahun 2014 hingga sekarang. Meskipun dengan segala keterbatasan fasilitas dan disiplin diri. Alhamdulillah hingga sekarang tetap menjadi kesukaan saya dan saya terus belajar di bidang ini.
Revolusi informasi memang tengah berjalan. Seperti juga ketika mobil yang merevolusi kereta kuda, kameradigital yang mulai menggantikan kamera manual dan kini internet juga telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mencari informasi dan berbisnis.
Dan sekarang kita atau setidaknya anak muda sekarang yang menjadi future market- semakin sering mendengar kata-kata seperti ini, lihat dan cari di internet saja
Apapun, mulai dari membandingkan harga gadgetbooking tiket pesawat, lihat berita terkini, lihat iklan penjualan rumah atau mobil, beli macam-macam barang, dan masih banyak lagi. Apapun bisnisnya, internet tempat jualannya.
Internet memang tempat menjadi pemasaran produk dan jasa yang paling menjanjikan saat ini. Karena jangkauan yang luas, ke seluruh dunia. Selain itu juga karena pasarnya yang tertarget dan sistem otomatisasinya, membuat pemasaran jadi lebih efektif dan efisien dari segi biaya, waktu dan tenaga.
Yuk, yang masih bingung? yang bingung gimana? Mulai diberanikan Mencoba Bisnis! iya ayo kamu.. iya kamu mencoba bisnis.. dari Sekarang juga.:)

Tuesday 24 March 2015

Cotopaxi Raises $6.5M To Sell Socially Conscious Outdoor Gear


Cotopaxi, an e-commerce startup that also emphasizes making the world a better place, has raised $6.5 million in Series A funding.
While many startup founders want you to believe that they’re idealists in pursuit of a big mission, co-founder and CEO Davis Smith told me (via email) that Cotopaxi is helping humanitarian causes in concrete ways — not just because the products are created in sweatshop factories, and not just because the company promises to donate a portion of its profits.
The company also ties each purchase directly to a specific impact, as Smith expalined:
For example: If you buy the Inca backpack, you’re giving one week of tutoring to a child in an orphanage in Bolivia. If you buy the Sambaya fleece, you’re giving one cancer treatment to a woman in Senegal. If you buy the Cambodia water bottle, you’re giving six months of clean water to someone in Cambodia. Every product has its own unique story. Our goal is to help users of our products to feel a direct connection to a cause, country and individual story.
He added that Cotopaxi’s most popular products are its lifestyle backpacks. It’s also expanding events with 24-hour team races called Questivals, which have had 6,000 participants so far. There are plans for more than 20 events in 2015.
By the way, Cotopaxi is incorporated as a Benefit Corp., which means that even though it’s a for-profit company, it also has a legal responsibility to its broader mission. (Social network Ello is also touting its B-corp status, arguing that this will allow it to stay ad-free.)
As for whether taking on venture investors and their expectation of big returns will create any tension with that mission, Smith said:
Investors keep entrepreneurs accountable, push them, and give a nudge in the right direction – when needed. Not only that, but the success of our social mission is directly tied to the scale of our business. The larger we can grow, the larger the impact we can have. Raising venture money allows us to accomplish our social mission, of empowering those living in extreme poverty, in a rapid and scalable way.
Cotopaxi previously raised $3 million in seed funding. The Series A was led by Greycroft Partners, with participation from NEA, Forerunner Ventures, Lerer Hippeau Ventures, and angel investors including Jeff Kearl (Stance) and Josh James (Domo).

Looking ahead, it sounds like Cotopaxi will remain focused on backpacks and outerwear, but Smith said the company is also developing “a number of new and innovative products outside of these two primary categories.”

Sumber: techcrunch

Monday 23 March 2015

16 Motivational Quotes From Lesser-Known Entrepreneurs

What does it take to start a company? Motivation is a key ingredient. Let these quotes give you a jump-start today.


As we start another month, it's always a good idea to pump yourself up a little. These quotes from lesser-known entrepreneurs (e.g., not Mark Cuban or Richard Branson) offer some insight into starting a company. They can serve as some motivation for your day.

1. "How you climb a mountain is more important than reaching the top." Yvon Chouinard, the founder of Patagonia

2. "I don't care if you succeed or fail, if you are Bill Gates or an unknown entrepreneur who gave everything to make it work but didn't manage to pull through. The important distinction is whether you risked everything, put your life on the line, made commitments to investors, employees, customers and friends, and tried--against all the forces in the world that try to keep new ideas down--to make something new." Chris Dixon, the co-founder Hunch

3. "Making the decision to not follow a system, or someone else's rules has allowed me to really dig into what my own strengths and gifts are without spending time feeling jaded or wasteful." Ishita Gupta, the founder of Fear.less Magazine

4. "People don't take opportunities because the timing is bad, the financial side unsecure. Too many people are overanalyzing. Sometimes you just have to go for it." Michelle Zatly, the co-founder CloudFlare

5. "I wish I had spent more time reading and weighing the pros and cons of various philosophies instead of just jumping in and doing what I thought was morally and financially sensible." Jason Cohen, the founder SmartBear Software

6. "Be undeniably good. No marketing effort or social media buzzword can be a substitute for that." Anthony Volodkin, the founder of The Hype Machine

7. "No more romanticizing about how cool it is to be an entrepreneur. It's a struggle to save your company's life--and your own skin--every day of the week." Spencer Fry, the co-founder of CarbonMade

8. "You just have to pay attention to what people need and what has not been done." Russell Simmons, the founder of Def Jam

9. "In a lot of ways, it's not the money that allows you to do new things. It's the growth and the ability to find things that people want and to use your creativity to target those." Travis Kalanick, the founder of Red Swoosh and a co-founder of Uber

10. "Wonder what your customer really wants? Ask. Don't tell." Lisa Stone, the co-founder and CEO of BlogHer

11. "Openly share and talk to people about your idea. Use their lack of interest or doubt to fuel your motivation to make it happen." Todd Garland, the founder of BuySellAds

12. "Keep away from people who try to belittle your ambitions. Small people always do that, but the really great make you feel that you, too, can become great." Erica Nicole, the founder of YFS Magazine

13. "Think big. I never think big enough. Be audacious. Imagine deals people around you think will never happen. Believe." Josh James, the founder of Domo and Omniture

14. "Patience, drive and very little fear." Jack Nickell, the co-founder of Threadless, describing what it takes to start a company

15. "You have to be ready for hard work and frugal spending to get the idea off the ground." Garrett Camp, a co-founder Uber and the founder of Stumbleupon and Expa

16. "By dealing with all these things that seem so unrelated to the work you dream to do--you learn an awful lot. I learned to ask for help when it gets too frustrating as well. I can only recommend to get help with the non creative aspects of living the dream of a start up. You can't do everything alone." Catharina Bruns, the founder of WorkisNotaJob

Source: inc

Startup, segera dapatkan booth gratis di Tech in Asia Singapore 2015!


Setiap kami mengadakan konferensi, salah satu fitur yang menjadi favorit para peserta adalah Bootstrap Alley. Tempat khusus tersebut memungkinkan startup menampilkan produk mereka di hadapan para pengunjung yang berpotensi menjadi investor, mitra, maupun pengguna produk mereka. Untuk pertama kalinya di Tech in Asia Singapore 2015 yang berlangsung pada tanggal 6 hingga 7 Mei nanti, kami memberikan booth Bootstrap Alley secara gratis bagi para startup. Ini merupakan bagian dari komitmen kami mendukung startup-startup di Asia dan khususnya di negara-negara berkembang. 

Kami memberikan kesempatan bagi 250 startup untuk tampil pada konferensi yang berlangsung selama dua hari ini. Sejauh ini, kami telah memiliki 128 startup. Untuk memaksimalkan jumlah startup yang bisa ditemui para pengunjung, booth gratis ini akan dialokasikan untuk satu hari (baca syarat dan ketentuan di sini). Jadi apabila Anda mempunyai startup, masih ada kesempatan lebar untuk mendapatkan booth gratis. Daftarkan segera startup Anda untuk mendapat booth gratis Bootstrap Alley di sini. 

Bagi para peserta konferensi, kami juga memberikan diskon tiket sebesar 15 persen yang akan berakhir pada tanggal 22 Maret. Segera dapatkan diskon di sini!


(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya dan Lina Noviandari)eve
Sumber: idtechinasia

5 Lessons That Have Helped Me Become a Better Leader

Great mentors can take on many roles, but here are the five key insights my mentors taught me.



Unlike best-selling author Robert Kiyosaki, most people didn't have a "rich dad" mentor while growing up. For instance, I came from a working-class family, so my exposure to successful business leaders was limited. But looking back, I can identify five groups of people that shaped the businessman I became--family members, friends, TV characters, teachers, and authors.
These people weren't my mentors by design, but without them, I would've missed out on lessons about toughness, honesty, and ingenuity. And more importantly, I wouldn't be the leader I am today. Great mentors can take on many roles, but here are the five key insights my mentors taught me:

1. Be tenacious. There is a connection between physical and mental labor. I learned that from splitting wood and baling hay with my father. The toughness and discipline required to finish a physical task can also be used to tackle mental challenges, such as pushing through an off-kilter project.

Look at the people in your life who've overcome great physical challenges. Did they throw up their hands and quit? Of course not! Instead, they worked hard and pressed on. Learning this tenacity has helped me push through failures, and it can do the same for you.

2. Seek out honest friendships. The concept of friendship has changed a lot lately, but when I think about my friends, I don't think of my Twitter followers. I picture the people with whom I share an authentic connection.

Your friends can (and should) influence your life. Focus on the friends who actively listen. They'll talk about what's really going on and help you jump some of life's hurdles along the way.

3. Learn to solve problems. I grew up watching re-runs of TV programs featuring characters such as Andy Griffith, Charles Ingalls, and Ben Cartwright. The characters taught me a great deal, and I watch their shows today with my kids.

As a leader, you have to face difficult challenges. If you work hard to overcome them, then there's always a lesson to learn. Even though it might sound a bit silly, don't discount the challenges faced by your favorite fictional characters. The lessons they've learned might apply to your life as well.

4. Become fully engaged. Some of the minor tweaks my teachers made during my early years continue to affect how I learn today. For example, one teacher recognized that I had trouble learning in a lecture setting. She decided to change things up for my benefit and would occasionally open up classroom-wide conversations after lectures. My teacher taught me that new information could be fun when I learned it in a way that suited my needs.

I still enjoy learning by diving into projects that will force me to learn the subject matter better. Look back and see how you learned most effectively growing up. Revisit those methods to see your comprehension improve.

5. Absorb knowledge through books. I didn't have access to business leaders in the beginning of my career, so I turned to books. If you ask me which business book will put you on the path to success, I'd say you're missing the point of reading.

John Donahoe, president of eBay, has said, "Pursuing a full life and pursuing balance is a journey and not a destination." I think the same is true of reading. There's no book that contains the secret to success. If you read a wide range of topics, you'll find valuable nuggets of wisdom during your journey.

You can't rely on my mentors--I've only been able to identify them through self-reflection, after all. You must seek out your own. Don't let your influencers just happen. Be the architect, and line them up to help you achieve your idea of success.


Source: inccom

Raih pendanaan kedua, Pricebook berencana gandeng komunitas dan kembangkan aplikasi Android


Startup website pembanding harga Pricebook, hari ini (17/3) mengumumkan baru saja mendapat pendanaan tahap kedua. Dari press release yang kami terima, pendanaan ini melibatkan tiga investor yakni Global Brain Corporation asal Jepang, IMJ Investment Partners Pte. Ltd dari Singapura, dan founder sekaligus Direktur M&S Mitra PTE, Hiro Mashita. Sebelumnya, Pricebook mendapat pendanaan awal dari Incubate Fund (Masahiko Honma) pada September 2013, sebelum hadir di Indonesia pada bulan Desember di tahun yang sama. 

Sayangnya, pihak Pricebook enggan memberikan besaran pendanaan yang diperoleh. Nantinya, pendanaan ini akan digunakan untuk menunjang strategi pemasaran, menambah jumlah karyawan, dan mengembangkan aplikasi mobile. “Saat ini tim Pricebook terdiri dari 12 orang dan kami berfokus pada gadget dan produk elektronik. Kami menyediakan spesifikasi, ulasan produk dan harga dari toko online. Untuk aplikasi mobile, kami masih membicarakan waktu yang tepat kapan peluncurannya, namun pastinya akan hadir lebih dulu di plaftorm Android ,” jelas CEO Pricebook, Tomonori Tsuji. 

Terkait strategi yang akan dilakukan untuk lebih memperkuat cakupan bisnisnya, Tomonori menuturkan pada Tech in Asia bila pihaknya berencana menggandeng sejumlah influencer dan komunitas pecinta gadget. “Kami percaya dengan penyampaian mulut ke mulut akan membuat orang lebih mengenal kami. Selain itu kami juga terus menjalin kerja sama dengan rekanan penjual yang memiliki toko offline. Bila pihak-pihak yang sudah pernah menggunakan layanan kami merasa puas, rasanya akan mudah untuk bergerak ke ranah yang lebih luas,” jelasnya. 

Tren belanja online yang juga didorong oleh semakin mudahnya akses internet membuat Pricebook yakin bila pihaknya bisa terus memberikan solusi bagi semua konsumen, baik yang sudah terbiasa dengan belanja online, maupun yang lebih memilih membeli barang secara konvensional di toko offline. “Kami tidak hanya membandingkan harga, tapi juga memberikan solusi bagi konsumen atau pelaku bisnis yang masih menggunakan sistem jual beli tradisional,” tambah Tomonori. 

Pricebook saat ini mengklaim telah bermitra dengan ratusan toko gadget di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia. Startup ini juga menyediakan forum yang memungkinkan konsumen mendapatkan jawaban seputar produk. Sementara untuk pedagang disediakan ulasan toko dan data pasar untuk mendukung pemasaran online dan offline. 

Di Indonesia, startup asal Jepang ini berada di bawah PT Pricebook Digital Indonesia dan menghadirkan layanan yang sesuai dengan pasar lokal. Dalam sebulan, Pricebook mengklaim berhasil menjaring ratusan ribu pengunjung yang menggunakan layanannya. Meski begitu, cukup banyak kompetitor yang bermain di ranah ini, seperti PriceArea, Telunjuk, dan Priceza


(Diedit oleh Lina Noviandari)
Sumber: idtechinasia

Sunday 22 March 2015

Founder Stories Urbanindo: Bermimpi menjadi stock trader, namun memilih jadi enterpreneur


Apa yang akan Anda lakukan bila berkesempatan tinggal di negara super power selama belasan tahun, berpeluang mendapat pekerjaan di perusahaan bergengsi, serta banyak mengenal orang-orang penting dari berbagai latar belakang disiplin ilmu? Mungkin sebagian orang akan memilih bekerja di tempat bergengsi dan mendapat penghasilan yang layak. Namun ada juga yang memilih jalan berbeda dengan menceburkan diri ke ranah yang bisa jadi tidak terpikirkan sebagian orang, menjadi entrepreneur. Di sela waktu senggangnya, founder Urbanindo, Arip Tirta berbagi cerita mengenai perjalanannya menyelami dunia startup kepada Tech in Asia. 

Belajar dari booming Internet 

Tidak dipungkiri bila kemunculan perusahaan raksasa berbasis Internet banyak mengubah cara pandang orang. Google, Ebay, Amazon, Yahoo dan Paypal adalah beberapa perusahaan yang terus meroket seiring semakin tingginya kebutuhan orang dalam menggunakan internet. Momen yang terjadi di akhir 90-an ini membuat letupan kecil di diri Arip untuk melakukan sesuatu berbasis internet. 

Di era 2000-an, Arip berkaca dari kemunculan perusahaan teknologi besar seperti YouTube, Facebook, Kayak, dan Zillow. Booming web 2.0 yang berasal dari Amerika menurutnya membuat orang-orang di sana mendefinisikan ulang bisnis. “Kondisi ini banyak mengubah pandangan orang, tidak hanya dari kacamata bisnis, namun juga hidup,” jelas pria yang sempat tinggal di Amerika selama 15 tahun ini. 

Sebagai saksi dari dua ‘ledakan’ teknologi, Arip melihat bila saat ini di Indonesia tengah terjadi booming pertama teknologi. Tak mau kehilangan kesempatan untuk perubahan besar, Arip memutuskan untuk menceburkan diri ke dunia startup.

“Banyaknya tech startup yang terus bermunculan belakangan ini mengindikasikan bila nantinya akan muncul beberapa yang membesar dan mendefinisikan Indonesia. Jujur saja, ada keinginan dalam diri untuk menjadi bagian dari ‘evolusi’ itu. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mendirikan startup sendiri dan berkecimpung di dalamnya secara langsung.” 

Putar haluan di penghujung masa kuliah

Adalah hal yang lumrah bagi seorang mahasiswa ketika masih mencari-cari apa yang akan dilakukannya usai lulus kuliah. Pun dengan Arip, ia sempat bermimpi bekerja di Wallstreet. Namun tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari, berawal dari kesempatan magang di sebuah VC, ia mendapat pemikiran baru tentang pekerjaan yang menurutnya ideal. Sebagai karyawan magang, saat itu Arip sudah menerima bayaran. Namun yang menurutnya lebih istimewa adalah kesempatan belajar banyak hal. “Tidak hanya teknologi, tapi juga farmasi sampai perangkat medis,” jelas Arip. 

”Saya mengunjungi banyak perusahaan dan mereka tengah mengerjakan sesuatu yang cutting edge. Tidak hanya itu, saya juga bisa berinteraksi dengan foundernya dan belajar banyak mengenai masalah yang ia temukan dan bagaimana cara menyelesaikannya. Dari sana saya mulai mempelajari cara mereka berpikir bagaimana produk buatannya bisa menjadi sesuatu yang dibutuhkan banyak orang,” 

Keuntungan lain yang didapat dari magang di VC menurut Arip adalah kesempatan untuk menjadi “walking Wikipedia”. Rasanya tidak berlebihan karena Arip mempelajari banyak bidang dan secara otomatis berinteraksi dengan banyak orang dari beragam disiplin ilmu. “Mulai dari ahli keamanan informasi, pakar sosial media, sampai dokter bedah jantung bisa saya kenal,” tambahnya. 

Disangka akan membangun warnet 

Booming startup di Indonesia memang baru terjadi dalam dua sampai tiga tahun ke belakang. Tak pelak ketika Arip yang sudah belasan tahun tinggal di Amerika dan memutuskan kembali ke Indonesia mengundang sejumlah pertanyaan, utamanya dari teman dan keluarga terdekat. 

”Ketika saya menjawab akan mendirikan internet company mereka mengira saya akan berbisnis warung internet.” 

Tentu saja Arip tidak mempedulikan anggapan itu, namun masalah setelahnya muncul lagi ketika ia mengatakan akan membangun bisnis di bidang properti. “Mereka menyangka saya akan membuat website-website untuk perusahaan properti sehingga orang-orang bisa memasarkan propertinya sendiri di situs mereka,” bebernya. 

Antara Marc Andreessen dan Ernest Hemmingway 

Arip termasuk orang yang percaya dengan pentingnya role model. Dalam hal ini, founder Netscape Marc Andreessen menjadi pilihan. Menurutnya, Marc adalah seorang visioner dengan cara berpikir yang sangat mendalam. “Caranya dalam membangun bisnis sangat praktis dan cocok untuk entrepreneur mengembangkan startupnya menjadi the next big thing,” jelas Arip. 

Sementara Ernest Hemmingway dipilih karena ia tengah membaca buku The Old Man and The Sea untuk kedua kalinya. Bagi Arip, pelaku startup bisa belajar banyak dari buku ini. Mulai dari soal passion, sampai pemecahan masalah. “Sampai masalah pivoting dibahas juga di sini. Banyak hal yang tidak bisa ditebak dari dunia startup. Oh iya ada quotes yang sangat saya suka:“A man can be destroyed but not defeated”,” tambahnya. 

Diving dan yoga

Pria yang menyukai kopi di pagi hari ini mengaku salah satu tantangan terbesar saat menyelami startup adalah tingginya tingkat stress. Menurut Arip, cara termudah menyiasati ini adalah dengan belajar melakukan yoga. “Ini salah satu cara untuk bisa melewatinya.” Cara lain yang biasa dilakukan Arip adalah dengan travelling dan diving. “Ini salah satu yang membuat saya kembali ke Indonesia. Di sini surga untuk traveller dan diver,” ujarnya. 

Di penghujung perbincangan, Arip juga menyampaikan bila ia selalu khawatir saat suatu hari terasanya nyaman dengan keadaan bisnisnya yang membuat dirinya berhenti berinovasi. “Makanya, tingkat stress tinggi tadi ada baiknya dibiarkan selalu ada.”


Sumber: idtechinasia

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com