Jason Evangelho, kontributor untuk Forbes, pernah menulis kalau game yang digarap oleh Niantic Labs ini berpotensi dimanfaatkan oleh pelaku bisnis. Tempat yang sepi bisa membonceng hype Pokémon GO, entah untuk meningkatkan penjualan atau sekadar supaya mendapat ulasan di media sosial.
Ia mencontohkan langkah yang dilakukan oleh salah satu distro lokal di AS, yang kebetulan menjadi sebuah Pokéstop. Ketimbang “mengusir” para trainer, sebutan untuk pemainPokémon GO, seperti yang dilakukan sejumlah pihak, distro ini malah membuka pintunya lebar-lebar untuk mereka.
Sumber gambar:Imgur |
Saat ini memang belum ada cara untuk menasbihkan sebuah lokasi menjadi tempat persinggahan trainer Pokémon. Namun ternyata ini sudah ada di dalam roadmap Pokémon GO, yang akan menjadi salah satu cara Niantic Labs untuk memonetisasi game ini—selain lewat pembelian item virtual di dalam aplikasinya.
Dalam wawancara dengan New York Times, CEO Niantic Labs John Hanke berencana untuk mengumumkan lokasi bersponsor untuk Pokémon GO, walau tidak menyebutkan secara spesifik kapan. Dengan begitu, tempat seperti restoran cepat saji, kedai kopi, maupun toko ritel lainnya dapat membayar untuk menjadi lokasi bersponsor. Langkah ini telah diterapkan pada Ingress, game Augmented Reality sebelum lahirnya Pokémon GO.
Nantinya, pelaku bisnis dapat mengadakan aktivitas promosi berdasarkan acara khusus, waktu, cuaca, maupun dikaitkan dengan jenis produk yang mereka sediakan. Menariknya, meski Niantic Labs belum menambahkan kemampuan ini secara resmi, sejumlah pihak sudah berinisiatif melakukannya secara mandiri:
Setelah Niantic Labs menambahkan lokasi bersponsor, bukan tidak mungkin pelaku bisnis di Indonesia bisa memanfaatkannya untuk meraih keuntungan. Terlebih game ini akan resmi meluncur di Asia dalam waktu dekat, sehingga akan ada lebih banyak lagi gamer yang memainkannya
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: The Verge)